Rabu, 16 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
Minggu, 13 Mei 2012
INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS
INSULIN
DEPENDENT DIABETES MELLITUS
A. Definisi
IDDM
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
atau diabetes mellitus Juvenilis
Onset atau diabetes Tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara
genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap pengrusakan
imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh sel beta pankreas, sehingga individu ini harus mendapatkan
insulin pengganti. Sampai saat ini, IDDM masih bersifat
idiopatik..
Kerusakan
sel beta pankreas atau penyakit-penyakit
yang menggangu produksi insulin dapat menyebabkan timbulnya diabetes tipe 1. Penyebab
diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat destruksi autoimun sel-sel beta pulau Langerhans. Individu yang
memiliki kecenderungan genetic penyakit ini tampaknya memiliki factor
lingkungan yang menginisiasi proses autoimun. Contoh faktor pencetus antara
lain; inveksi virus seperti gondongan, rubella, atau sitomegali virus atau CMV
kronis. Onset diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada umur sekitar 14 tahun di
Amerika Serikat, dan oleh sebab itu,
diabete ini di sebut diabetes
mellitus Juvenilis
B. Etiologi
Kerusakan sel beta pancreas atau
penyakit-penyakit yang mengganggu produksi insulin dapat menyebabkan timbulnya
diabetes tipe 1. Seperti infeksi virus, dengan memproduksi autoantibody
terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin
yang dirangsang oleh glukosa. Meskipun factor herediter juga berperan penting
untuk menentukan kerentanan sel beta terhadap gangguan-gangguan tersebut. IDDM
murni disebabkan defisiensi insulin secara absolute.
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan
resistensi insulin merupakan factor etiologi yang bersifat bawaan (genetic). Mengapa
individu membentuk antibody terhadap sel-sel pulan Langerhans sebagai respons
terhadap factor pencetus tidak diketahui? Salah satu mekanisme yang kemungkinan
adalah bahwa terdapat agens lingkungan yang secara antigenis adalah mengubah
sel-sel pancreas sehingga menstimulasi pembentukan autoantibody.
Kemungkinan lain adalah para penderita
diabetes ini memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pancreas dan
mikroorganisme atau obat tertentu, sehingga system imun gagal dalam mengenal
sel pancreas bahwa itu “diri” mereka sendiri. Secara klinis, perjalanan penyakit
ini bersifat progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme
lemak ataupun protein. Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi
yang tidak berlangsung sempurna pada gilirannya secara klinis sering
memunculkan abnormalitas dari kadar lipid dalam darah.
C. Gambaran Klinis
·
Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urin.
·
Polidipsia (peningkatan rasa haus)
akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstrasel.
·
Rasa lemah dan kelemahan otot akibat
katabolisme protein otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energy.
·
Polifagia (peningkatan rasa lapar)
akibat keadaan pascaabsorbtif yang kronis, katabolisme protein dan lemak, dan
kelaparan relative sel.
·
Peningkatan infeksi akibat peningkatan
konsentrasi glukosa.
·
Gangguan penglihatan yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan air.
·
Parestesia atau abnormalitas sensasi.
·
Kandidiasis vagina akibat peningkatan
glukosa pada secret vagina atau urin.
Penderita diabetes mellitus tipe 1
memperlihatkan kadar glukosa normal sebelum yang terkendali awitan penyakit
muncul. Pada masa dahulu, diabetes tipe 1 dianggap penyakit yang secara
tiba-tiba dengan sedikit gejala atau yanda. Akan tetapi, saat ini diabetes tipe
1 adalah penyakit yang biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa
tahun dengan adanya autoantibody terhadap sel-sel beta dan destruksi yang
terjadi secara terus-menerus pada diagnosis lanjut.
D. Pemeriksaan Penunjang
·
Pemeriksaan gula darah sewaktu
·
Glukosa urin
·
Kadar glukosa darah puasa
·
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
·
Kadar glukosa darah
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadi jika
lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak. Pada diabetes mellitus dalam bentuk
yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak
semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolic
yang berkaitan dengan defisiensi insulin.
Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 1 sering memperlihatkan gejala awitan yang eksplosif
dengan polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, lemah, polifagia, somnolen
yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi
berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan
pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan utnuk mengontrol
metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
F. Epidemiologi
Diduga terdapat sekitar 16 juta
kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya di diagnosis 600.000
kasus baru. 75% pasien panderita
diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vascular. Diabetes merupakan
penyebab ketiga kematian di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama
kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetic. Pada usia yang sama,
penderita diabetes paling sering terkena serangan jantung dibanding dengan
mereka yang tidak memiliki diabetes.
G. Komplikasi
·
Ketoasidosis diabetic
Hampir selalu hanya dijumpai pada
pengidap diabetes 1, ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akut yang
ditandai perburukan semua gejala diabetes. Ketoasidosis diabetic dapat terjadi
setelah stress fisik seperti kehamilan atau penyakit akut atau trauma.
Kadang-kadang ketoasidosis diabetic merupakan adanya gejala pada diabetes tipe
1.
Kadar glukosa pada ketoasidosis
diabetic meningkat dengan cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan
penguraian lemak yang progressif. Terjadi poliuria dan dehidrasi.
·
Koma nonketotik Hiperglikemia
Hiperosmolar
Juga disebut diabetes nonasidotik
hiperrosmolar, koma nonketotik hiperglikemik hiperrosmolar merupakan komplikasi
akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2. Kondisi ini juga merupakan
petunjuk perburukan penyakit secara drastic.
·
Fenomena Fajar
Adalah hiperglikemia pada pagi hari
(antara jam5-9 pagi) yang tampaknya disebebkan oleh peningkatan sirkadian kadar
glukosa pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada penderita diabetes
tipe 1 atau tipe 2.
·
Hipoglikemia
Pengidap diabetes tipe 1 dapat
mengalami komplikasi akibat hipoglikemia setelah injeksi insulin. Gejala yang
mungkin terjadi adalah hilangnya kesadaran, koma dapat terjadi pada
hipoglikemia berat.
·
Efek somogyi
Efek somogyi merupakan kompolikasi
akut yang ditandai penurunan uniq kadar glukosa darah di malam hari, kemudian
di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan ribbon pada
paginya. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan
penyuntikkan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian
menyebabkan peningkatan glukogon, katekolamin, kortisol, dan hormone
pertumbuhan.
·
System kardiovaskular
Diabetes mellitus jangka panjang
member dampak yang parah kesistem kardiovaskular, dipengaruhi oleh diabetes
mellitus kronis. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteio kecil, dan venula.
Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan
jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan makrovaskular
ini.
·
Gangguan penglihatan
Komplikasi jangka panjang diabetes
yang sering di jumpai adalah gangguan penglihatan. Ancaman paling serius pada
penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak
mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme
dan pada hipoksia kronis akan mengalami kerusakan secara progressif dalam
struktur kapilernya, membentuk mikro aneurisma, dan memperlihatkan bercak-bercak
pendarahan.
·
Kerusakan ginjal
Diabetes mellitus kronis yang
menyebabkan kerusakan ginjal sering di jumpai, dan nefropati diabetic adalah
penyebab nomor satu gagal ginjal. Di ginjal, yang paling parah mengalami
kerusakan adalah kapiler glomerulus akibat hipertensi dan glukosa plasma yang
tinggi menyebabkan penebalan membrane basal dan pelebaran glomerulus. Lesi-lesi
sklerotik nodular, yang disebut nodul kimmelstiel-Wilson, terbentuk di
glomerulus sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak
nefron.
·
Sistem saraf perifer
Diabetes mellitus merusak system
saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatic dan
otonom. Penyakit saraf yang disebut neuropati diabetic. Neuropati diabetic
disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang dilkronis serta efek
hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein yang melibatkan system saraf.
H.
Penatalaksanaan
·
Insulin;
diabetes tipe 1 memerlukan terapi insulin. Berbagai jenis insulin dengan sumber
dan kejernihan yang berbeda-beda tersedia. Saat ini, insulin manusia paling
banyak digunakan karena efek samping dan komplikasi yang lebih sedikit.
Preparat insulin juga berbeda-beda waktu awitan kerja, waktu puncak kerja, dan
lama kerja. Injeksi insulin biasanya diberikan subcutan 1-4x sehari setelah
kadar glukosa darah basal diukur. Penelitian memperlihatkan manfaat yang
definitive injeksi insulin yang lebih sering, individu direkomendasikan
memeriksa kadar glukosa plasmanya dengan sering dan menggunakan setidaknya 3-4
injeksi sehari. Pemeriksaan kadar glukosa yang lebih sering diperlukan jika ada
perubahan aktifitas, selama periode pertumbuhan, kehamilan, atau jika individu
sedang sakit.
·
Perencanaan
diet; regimen diet biasanya dihitung perindividu,
bergantung kebutuhan, pertumbuhan, penurunan berat badan yang
diinginkan(biasanya untuk diabetes tipe 2), dan tingkat aktivitas.
·
Olahraga;
program
olahraga digabung dengan penurunan berat badan telah memperlihatkan peningkatan
sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan terhadap intervasi farmakologi.
·
Intervensi
farmakologis lain; obat antihipertensi dipertimbangkan
unutk digunakan diantara intervensi
farmakologi semua pengidap diabetes. Untuk pasien diabetes, tekanan darah
sebaiknya lebih rendah dari populasi non diabetic, tekanan darah sistolik
diatas 105mmHg dapat dianggap tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
- Guyton & Hall.2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran edisi 11. Penebit EGC : Jakarta
- Price & Wilson. 2006.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6. Penerbit EGC : Jakarta
- Baron.2000.
Kapita
Selekta Patologi Klinik. Penerbit EGC : Jakarta
GANGGUAN TIROID
BAB 1 PENDAHULUAN
ENDOKRIN
”GANGGUAN
TIROID”
1.1. Latar Belakang
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul diverticulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami migrasi ke bawah yang akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berasal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, sehingga dapat terjadi kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid dengan basis lidah. Dengan demikian, kegagalan menutupnya duktus akan mengakibatkan terbentuknya kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut persistensi duktus tiroglosus.
Persistensi duktus tiroglosus dapat berupa kista duktus tiroglosus, tiroid lingual atau tiroid servikal. Sedangkan desensus yang terlalu jauh akan menghasilkan tiroid substernal. Sisa ujung kaudal duktus tiroglosus ditemukan pada lobus piramidalis yang menempel di isthmus tiroid. Branchial pouch keempatpun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid, dan merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin.
1.2. Learning Objective
1.2.1. Apa definisi kelenjar tiroid?
1.2.2. Bagaimana anatomi kelenjar tiroid apa saja hormone-hormon yang disekresikan ?
1.2.3. Bagaimana fisiologi kelenjar tiroid?
1.2.4. Apa saja fungsi kelenjar tiroid?
1.2.5. Jenis-jenis gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami definisi kelenjar tiroid
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami anatomi kelenjar tiroid
1.3.3. Untuk memahami dan memahami fisiologi kelenjar tiroid
1.3.4. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid
1.3.5. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari kelenjar tiroid
1.3.6. Untuk mengetahui dan memahami gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid
1.4. Manfaat
1.4.1. Sebagai bahan pembelajaran bagi kami “kelompok 4” khususnya untuk dapat lebih memantapkan kemampuan menyusun hasil laporan tutorial dalam menjalani proses pembelajarn di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
1.4.2. Laporan hasil tutorial ini kami harapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber pembelajaran untuk menunjang kebutuhan materi kuliah bagi teman-teman
BAB II PEMBAHASAN
1.1. Landasan Teori
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar, normalnya memiliki berat 10 sampai 20 gram pada orang dewasa.
Tiroid menyekresikan dua macam hormone utama, yakni tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Sekresi kelenjar tiroid terutama diatur oleh hormone perangsang tiroid (Thyroid-stimulating hormone-TSH) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. zKelenjar tiroid juga menyekresikan kalsitonin, hormmon yang penting bagi metabolisme kalsium.
Kira-kira 93 % hormone-hormon aktif metabolisme yang disekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin dan 7 % adalah triiodotironin. Akan tetapi, hampir semua tiroksin akhirnya akan diubah menjadi triiodotironin di dalam jaringan, sehingga secara fungsional keduanya bersifat penting. Secar kualitatif, fungsi kedua hormon sama, tetapi keduanya berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerjanya. Triiodotironin kira-kira empat kali lebih kuat daripada tiroksin, namun jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan keberadaannya di dalam darah jauh lebih singkat daripada tiroksin.
1.2. Skenario 1
Gangguan Tiroid
“Seorang wanita usia 30 tahun dating ke poliklinik rumah sakit, mengeluh jantung berdebar sejak satu bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan berat badan terus menurun sejak sakit, mudah lelah, lemas, dan diare. Keluhan lelah dan lemas dikeluhkan tiap saat tanpa dipengaruhi aktivitas maupun posisi pasien. Pasien mengaku benjolan terdapat pada lehernya namun tidak dirasakan sakit. Benjolan dirasakan semakin membesar sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluhkan dada berdebar, sering berkeringat, susah tidur, gelisah, kadang mencret dan gemetaran. Keluhan sesak dan batuk lama disangkal pasien. Pada pemeriksaan didapatkan TD 130/80 mmHG, HR 120x/menit, RR 24x/menit, T 370C, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik leher (tiroid) dan pemeriksaan penunjang.”
1.3. Terminologi
a. Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar terbesar yang mensekresikan hormone tiroid yang berperan dalam proses metabolisme di dalam tubuh.
1.4. Keyword
a. Wanita berusia 30 tahun
b. Jantung berdebar sejak 1 bulan yang lalu
c. Berat badan terus menurun
d. Mudah lelah, lemas, dan diare tanpa sebab
e. Benjolan pada leher (tidak dirasakan sakit) sejak 3 bulan yang lalu
f. Susah tidur, sering berkeringat, gelisah, dan gemetaran
g. Vital sign : TD=130/80 mmHg, HR=120 x/menit, RR=24x/ menit, T=370C
1.5. Permasalahan
1.5.1. Mengapa pasien mengeluh jantung berdebar?
1.5.2. Apa yang menyebabkan adanya benjolan pada leher sejak 3 bulan yang lalu dan bagaimana mekanisme pembengkakannya?
1.5.3. Apa yang menyebabkan wanita tersebut mudah lelah, lemas, dan diare tanpa sebab?
1.5.4. Apa yang menyebabkan pasien mengeluhkan berat badan turun?
1.5.5. Apa penyebab pasien tersebut susah tidur, sering berkeringat, dan gelisah?
1.5.6. Mengapa benjolan pada leher pasien tersebut tidak terasa sakit?
1.6. Pembahasan Learning Objective
1.6.1. Definisi kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar terbesar yang mensekresikan hormone tiroid yang berperan dalam proses metabolisme di dalam tubuh.
1.6.2. Anatomi dan histologi kelenjar tiroid
a) Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan yang kaya akan vascularisasi.
b) Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 (C5) sampai vertebra thorakalis 1(T1).
c) Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, yakni lobus dextra dan lobus sinistra yang dihubungkan oleh isthmus.
d) Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil.
e) Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5.
f) Setiap lobus berurutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada.
v Secara embriologi tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
a) Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebutpharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
b) Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran yang disebutductus thyroglossus.
c) Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
d) Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
v Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
a) A. thyroidea superior (arteri utama)
b) A. thyroidea inferior (arteri utama)
c) Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta atau A. anonyma.
v Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
a) V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna)
b) V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna)
c) V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri)
v Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
a) Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
b) Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
v Persarafan kelenjar tiroid:
a) Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
b) Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).
v Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga arteri tiroidea ima dari a. brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya banyak dan cabangnya beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar, baik ipsilateral maupun kontralateral.
Tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang anterior mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior mensuplai permukaan lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis kelenjar dan bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang mensuplai permukaan inferior dan posterior kelenjar.Sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
v Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada mediastinum superior.
v Histologi kelenjar tiroid parenkim kelenjar ini terdiri atas :
a) Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).
b) Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang berjauhan.
Sel-sel darah merah
|
[Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can position the text box anywhere in the document. Use the Drawing Tools tab to change the formatting of the pull quote text box.]
|
Sel epitel kuboid
|
koloid
|
Epitel kuboit
|
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekalli folikel-folikel yang tertutup (diameternya antara 100-300 mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang di sebut koloid dan dibatasi oleh sel0sel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung hormon tiroid di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormone yang disekresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormone itu harus diabsorbsi kembali melalui epitel folikel ke dalam darah, sebelum dapat berfungsi dalam tubuh. Setiap menitnya jumlah aliran darah di dalam kelenjar tiroid kira-kira lima kali lebih besar daripada berat kelenjar tiroid itu sendiri, yang merupakan suplai darah yang sama besarnya dengan bagian lain dalam tubuh, dengan pengecualian korteks adrenal.
1.6.3. Fisiologi kerja kelenjar tiroid
v Nasib Yodium yang Ditelan
Yodium dapat diperoleh dari makanan laut atau garam beyodium (garam yang ditambah yodium). Yodium merupakan mikromeneral karena diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, yaitu 50 mg/tahun atau 1 mg/minggu. Yodium yang masuk ke oral akan diabsorbsi dari sistem digesti tubuh ke dalam darah. Biasanya, sebagian besar iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, tetapi hanya setelah kira-kira satu perlimanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel kelenjar tiroid secara selektif dan digunakan untuk sitesis hormon.
v Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid
1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompa Na+/K+ ATPase.
2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini melibatkan enzim peroksidase.
3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim peroksidase).
4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.
5. Hidrolisis yang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.
6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk ke dalam darah. Proses ini dibantu oleh TSH.
7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari I. Enzim deiodinase sangat berperan dalam proses ini.
8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasma dan kompleks golgi.
v Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
v Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:
1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.
3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.
1.6.4. Fungsi kelenjar tiroid
1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan reseptornya di inti sel.
2. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular
3. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin trifosfat) meningkat.
4. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
5. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin. Tiroid memproduksi hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan tulang. Di samping itu, juga mengontrol tingkat kalsium dengan kalsitonin—hormon yang mengatur pergerakan kalsium ke dalam tulang. Kerja tiroid berlawanan dengan kerja dari hormon paratiroid yang bersifat meningkatkan pembongkaran kalsium dari tulang. Efek dari hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari tidak berarti tanpa adanya tiroksin.
6. Meningkatkan lipolysis
7. Meningkatkan kebutuhan vitamin
8. Meningkatkan laju metabolism basal.
9. Menurunkan berat badan
10. Meningkatkan aliran dan curah jantung, frekuensi jantung, kekuatan jantung, tekanan arteri normal, dan pernapasan.
11. Meningkatkan motilitas saluran cerna
12. Merangsang siastem saraf pusat
13. Tremor Otot
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH kemudian diangkut ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH langsung mempengaruhi hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.
TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai efek spesifik terhadap kelenjar tiroid:
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, dengan hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.
2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan proses iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar, kadangakala meningkatkan rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida ekstrasel sebanyak delapan kali normal.
3. Meningkatkan iodinasi tirosin untuk membentuk hormon tiroid.
4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.
5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid ke dalam folikel.
1.6.5. Gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid
1. Hipertiroid
· Definisi
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular / strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
Kondisi ini terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif menghasilkan hormon sehingga jumlah yang beredar di dalam darah menjadi berlebih. Penyebabnya bisa karena penyakit Graves, pengeluaran yang abnormal dari TSH (thyroid stimulating hormone), tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) dan konsumsi yodium berlebih. Hipertiroid merupakan acuan dalam menetapkan gejala dan tanda-tanda yang berkaitan dengan produksi hormon tiroid yang berlebihan yang biasanya ditandai dengan timbulnya penyakit gondok.
· Beberapa Jenis Kondisi Hipertiroid
a) Graves’ Disease
Kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
b) Nodular Thyroid disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c) Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d) Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
Walaupun ada beberapa jenis kondisi hipertiroid, umumnya setiap pasien merasakan gejala yang sama. Dikarenakan metabolisme tubuh meningkat, pasien biasanya merasakan panas dan berkeringat lebih banyak dibandingkan orang lain. Mereka merasa kelelahan namun sulit tidur.Tangan gemetaran dan denyut jantung tidak normal. Pada beberapa kasus, pasien juga mengalami sesak napas, nyeri di dada dan otot terasa lemas.
Gejala pada tiap orang berbeda-beda. Meskipun sebagian besar gejala hipertiroid cukup mengganggu, namun sebagian besar tidak mengancam nyawa, kecuali bagi penderita penyakit jantung. Pada kasus ini, hipertiroid yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak buruk bagi jantung, dan dapat menyebabkan gagal jantung, detak jantung yang tidak normal atau ritme jantung tidak normal. Hipertiroid bahkan dapat menyebabkan osteoporosis.
· Hormon Tiroid
Hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolisme. Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunooglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembenftukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT.
Penyebab penyaldt Grave tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai 30an. Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh pengaktivan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke normal. Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap memproduksi HT dalm jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap mengalami hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik. Dapat terjadi adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupun jarang.
· Klasifikasi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori :
1) Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2) Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
· Penyebab Hipertiroidisme
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
1. Penyebab Utama
a) Penyakit Grave
b) Toxic multinodular goitre
c) Solitary toxic adenoma
2. Penyebab Lain
a) Tiroiditis
b) Penyakit troboblastis
c) Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d) Pemakaian yodium yang berlebihan
e) Kanker pituitari
f) Obat-obatan seperti Amiodarone
· Gejala-gejala Hipertiroidisme
a) Peningkatan frekuensi denyut jantung.
b) Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin.
c) Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
d) Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
e) Peningkatan frekuensi buang air besar.
f) Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
g) Gangguan reproduksi.
h) Tidak tahan panas.
i) Cepat letih.
j) Tanda bruit.
k) Haid sedikit dan tidak tetap.
l) Pembesaran kelenjar tiroid.
m) Mata melotot (exoptalmus).
· Diagnosa
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
a) TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
b) Bebas T4 (tiroksin)
c) Bebas T3 (triiodotironin)
d) Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
e) Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
f) Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g) Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
· Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
2. Hipotiroid
· Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
· Etiologi
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
· Gejala
a. Ekspresi wajah menjadi tumpul
b. Suara menjadi serak dan berbicara menjadi lambat
c. Kelopak mata menutup dan wajah menjadi bengkak
d. Banyak penderita yang mengalami penambahan berat badan
e. Sembelit dan tidak tahan terhadap cuaca dingin.
f. Rambut menjadi tipis, kasar dan kering
g. Kulit menjadi kasar, kering, bersisik dan menebal.
h. Banyak penderita yang mengalami sindroma terowongan karpal.
i. Denyut nadi bisa melambat
j. Ttelapak tangan dan telapak kaki tampak agak oranye (karotenemia) dan alis mata bagian samping mulai rontok.
k. Beberapa penderita, terutama yang berusia lanjut, menjadi pelupa, bingung dan pikun.
Jika tidak diobati, pada akhirnya akan terjadi anemia dan gagal jantung.
Keadaan ini bisa berkembang menjadi stupor atau koma (koma miksedema). Keadaan ini bisa berakibat fatal; pernafasan menjadi lambat, penderita mengalami kejang dan aliran darah ke otak berkurang. Koma miksedema bisa dipicu oleh:
Keadaan ini bisa berkembang menjadi stupor atau koma (koma miksedema). Keadaan ini bisa berakibat fatal; pernafasan menjadi lambat, penderita mengalami kejang dan aliran darah ke otak berkurang. Koma miksedema bisa dipicu oleh:
Ø Cuaca dingin
Ø Infeksi
Ø Trauma
Ø Obat-obatan (misalnya obat penenang yang menekan fungsi otak).
· Diagnosa
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
· Penatalaksanaan
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
· Tabel DD
No
|
Gejala
|
Hipertiroid
|
Hipotiroid
|
1
|
Dada berdebar
| ||
2
|
Berat badan turun
| ||
3
|
Lelah
| ||
4
|
Lemas
| ||
5
|
Diare
| ||
6
|
Benjolan pada leher
| ||
7
|
Sering berkeringat
| ||
8
|
Gelisah
| ||
9
|
Gemetaran
| ||
10
|
Vital Sign
TD 130/80mmHg
HR 120x/menit
T 370C
RR 24x/menit
|
Dari perbandingan diagnosis differensial didapatkan diagnosis utama pasien berdasarkan scenario 4 “Nyeri Sendi” ialah Hipertiroid. Yang mana dalam scenario membuktikan pasien menderita penyakit hipertiroid yakni dengan manifestasi klinis mengeluh jantung berdebar sejak satu bulan yang lalu, berat badan terus menurun sejak sakit, mudah lelah, lemas, dan diare. Keluhan lelah dan lemas dikeluhkan tiap saat tanpa dipengaruhi aktivitas maupun posisi pasien. Terdapat benjolan pada leher namun tidak dirasakan sakit. Pasien juga mengeluhkan dada berdebar, sering berkeringat, susah tidur, gelisah, kadang mencret dan gemetaran. Keluhan sesak dan batuk lama disangkal pasien. Pada pemeriksaan didapatkan TD 130/80 mmHG, HR 120x/menit, RR 24x/menit, T 370C.
BAB III PENUTUP
· Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar terbesar yang mensekresikan hormone tiroid yang berperan dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Tiroid menyekresikan dua macam hormone utama, yakni tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Sekresi kelenjar tiroid terutama diatur oleh hormone perangsang tiroid (Thyroid-stimulating hormone-TSH) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid meliputi hipertiroid yakni suat keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah dan hipotiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton,
Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta:
EGC.
2. Sudoyo,
Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, E/5, .jilid III. Jakarta:Interna Publishing
3. Mansjoer,
A. 2009.Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, jilid 1. Jakarta:Media
Aeskulapius
4. Murray,
Robert K et al. 2003. Biokimia Harper, E/25. Jakarta: EGC
5. Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, E/2. Jakarta: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)