Minggu, 13 Mei 2012

INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS



INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS
                       
A.    Definisi
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau diabetes mellitus Juvenilis Onset atau diabetes Tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap pengrusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh sel beta pankreas, sehingga individu ini harus mendapatkan insulin pengganti. Sampai saat ini, IDDM masih bersifat idiopatik..
Kerusakan sel beta pankreas atau  penyakit-penyakit yang menggangu produksi insulin dapat menyebabkan timbulnya diabetes tipe 1. Penyebab diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat destruksi autoimun  sel-sel beta pulau Langerhans. Individu yang memiliki kecenderungan genetic penyakit ini tampaknya memiliki factor lingkungan yang menginisiasi proses autoimun. Contoh faktor pencetus antara lain; inveksi virus seperti gondongan, rubella, atau sitomegali virus atau CMV kronis. Onset diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada umur sekitar 14 tahun di Amerika Serikat, dan oleh sebab  itu, diabete ini di sebut diabetes mellitus Juvenilis
B.     Etiologi
 Kerusakan sel beta pancreas atau penyakit-penyakit yang mengganggu produksi insulin dapat menyebabkan timbulnya diabetes tipe 1. Seperti infeksi virus, dengan memproduksi autoantibody terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa. Meskipun factor herediter juga berperan penting untuk menentukan kerentanan sel beta terhadap gangguan-gangguan tersebut. IDDM murni disebabkan defisiensi insulin secara absolute.
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan factor etiologi yang bersifat bawaan (genetic). Mengapa individu membentuk antibody terhadap sel-sel pulan Langerhans sebagai respons terhadap factor pencetus tidak diketahui? Salah satu mekanisme yang kemungkinan adalah bahwa terdapat agens lingkungan yang secara antigenis adalah mengubah sel-sel pancreas sehingga menstimulasi pembentukan autoantibody.
Kemungkinan lain adalah para penderita diabetes ini memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pancreas dan mikroorganisme atau obat tertentu, sehingga system imun gagal dalam mengenal sel pancreas bahwa itu “diri” mereka sendiri. Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein. Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna pada gilirannya secara klinis sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid dalam darah.
C.    Gambaran Klinis
·            Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urin.
·            Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
·            Rasa lemah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energy.
·            Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorbtif yang kronis, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relative sel.
·            Peningkatan infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa.
·            Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan ketidakseimbangan air.
·            Parestesia atau abnormalitas sensasi.
·            Kandidiasis vagina akibat peningkatan glukosa pada secret vagina atau urin.
Penderita diabetes mellitus tipe 1 memperlihatkan kadar glukosa normal sebelum yang terkendali awitan penyakit muncul. Pada masa dahulu, diabetes tipe 1 dianggap penyakit yang secara tiba-tiba dengan sedikit gejala atau yanda. Akan tetapi, saat ini diabetes tipe 1 adalah penyakit yang biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa tahun dengan adanya autoantibody terhadap sel-sel beta dan destruksi yang terjadi secara terus-menerus pada diagnosis lanjut.
D.    Pemeriksaan Penunjang
·         Pemeriksaan gula darah sewaktu
·         Glukosa urin
·         Kadar glukosa darah puasa
·         Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
·         Kadar glukosa darah
E.     Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak. Pada diabetes mellitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak  semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolic yang berkaitan dengan defisiensi insulin.
Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 sering memperlihatkan gejala awitan yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, lemah, polifagia, somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan utnuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
F.     Epidemiologi
Diduga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya di diagnosis 600.000 kasus baru. 75%  pasien panderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vascular. Diabetes merupakan penyebab ketiga kematian di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetic. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sering terkena serangan jantung dibanding dengan mereka yang tidak memiliki diabetes.
G.    Komplikasi
·         Ketoasidosis diabetic
Hampir selalu hanya dijumpai pada pengidap diabetes 1, ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akut yang ditandai perburukan semua gejala diabetes. Ketoasidosis diabetic dapat terjadi setelah stress fisik seperti kehamilan atau penyakit akut atau trauma. Kadang-kadang ketoasidosis diabetic merupakan adanya gejala pada diabetes tipe 1.
Kadar glukosa pada ketoasidosis diabetic meningkat dengan cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang progressif. Terjadi poliuria dan dehidrasi.
·         Koma nonketotik Hiperglikemia Hiperosmolar
Juga disebut diabetes nonasidotik hiperrosmolar, koma nonketotik hiperglikemik hiperrosmolar merupakan komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2. Kondisi ini juga merupakan petunjuk perburukan penyakit secara drastic.
·         Fenomena Fajar
Adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam5-9 pagi) yang tampaknya disebebkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada penderita diabetes tipe 1 atau tipe 2.
·         Hipoglikemia
Pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat hipoglikemia setelah injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya kesadaran, koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat.
·         Efek somogyi
Efek somogyi merupakan kompolikasi akut yang ditandai penurunan uniq kadar glukosa darah di malam hari, kemudian di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan ribbon pada paginya. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan penyuntikkan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian menyebabkan peningkatan glukogon, katekolamin, kortisol, dan hormone pertumbuhan.
·         System kardiovaskular
Diabetes mellitus jangka panjang member dampak yang parah kesistem kardiovaskular, dipengaruhi oleh diabetes mellitus kronis. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteio kecil, dan venula. Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan makrovaskular ini.
·         Gangguan penglihatan
Komplikasi jangka panjang diabetes yang sering di jumpai adalah gangguan penglihatan. Ancaman paling serius pada penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronis akan mengalami kerusakan secara progressif dalam struktur kapilernya, membentuk mikro aneurisma, dan memperlihatkan bercak-bercak pendarahan.
·         Kerusakan ginjal
Diabetes mellitus kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal sering di jumpai, dan nefropati diabetic adalah penyebab nomor satu gagal ginjal. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler glomerulus akibat hipertensi dan glukosa plasma yang tinggi menyebabkan penebalan membrane basal dan pelebaran glomerulus. Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut nodul kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak nefron.
·         Sistem saraf perifer
Diabetes mellitus merusak system saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatic dan otonom. Penyakit saraf yang disebut neuropati diabetic. Neuropati diabetic disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang dilkronis serta efek hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein yang melibatkan system saraf.
H.    Penatalaksanaan
·         Insulin; diabetes tipe 1 memerlukan terapi insulin. Berbagai jenis insulin dengan sumber dan kejernihan yang berbeda-beda tersedia. Saat ini, insulin manusia paling banyak digunakan karena efek samping dan komplikasi yang lebih sedikit. Preparat insulin juga berbeda-beda waktu awitan kerja, waktu puncak kerja, dan lama kerja. Injeksi insulin biasanya diberikan subcutan 1-4x sehari setelah kadar glukosa darah basal diukur. Penelitian memperlihatkan manfaat yang definitive injeksi insulin yang lebih sering, individu direkomendasikan memeriksa kadar glukosa plasmanya dengan sering dan menggunakan setidaknya 3-4 injeksi sehari. Pemeriksaan kadar glukosa yang lebih sering diperlukan jika ada perubahan aktifitas, selama periode pertumbuhan, kehamilan, atau jika individu sedang sakit.
·         Perencanaan diet; regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung kebutuhan, pertumbuhan, penurunan berat badan yang diinginkan(biasanya untuk diabetes tipe 2), dan tingkat aktivitas.
·         Olahraga; program olahraga digabung dengan penurunan berat badan telah memperlihatkan peningkatan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan terhadap intervasi farmakologi.
·         Intervensi farmakologis lain; obat antihipertensi dipertimbangkan unutk digunakan  diantara intervensi farmakologi semua pengidap diabetes. Untuk pasien diabetes, tekanan darah sebaiknya lebih rendah dari populasi non diabetic, tekanan darah sistolik diatas 105mmHg dapat dianggap tinggi.
















DAFTAR PUSTAKA
  1. Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Penebit EGC : Jakarta
  2. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6. Penerbit EGC : Jakarta
  3. Baron.2000. Kapita Selekta Patologi Klinik. Penerbit EGC : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar